Mispersepsi pada Pinjol Masih Tinggi, Prabowo-Gibran Tekankan Literasi
Selasa, 9 Januari 2024 | 06:00 WIB
Penulis: Prisma Ardianto, Alfida Rizky Febrianna
Editor: WBP
Jakarta, Beritasatu.com – Pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka mengungkapkan mispersepsi pada financial technology (fintech) atau pinjaman online (pinjol) masih tinggi. Pihaknya akan mengedepankan aspek prudensial dan literasi keuangan seperti yang tertuang dalam peta jalan terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Peta jalan OJK banyak menekankan aspek pengetahuan atau keterampilan, tetapi aspek keyakinan masih belum memadai,” ungkap Tim Ekonomi Prabowo-Gibran, Dradjad Wibowo dalam “Dialog Arah Kebijakan Investasi dan Pasar Modal 2024-2029”, di Jakarta, Senin (8/1/2024) dikutip Investor Daily.
Menurut dia, hal tersebut dilakukan karena masih tingginya prasangka dan mispersepsi dari publik. Selain itu, literasi dan inklusi keuangan juga masih belum memadai. “Pinjol tahu-tahu meledak, tidak keruan. Jadi, tidak cukup inklusi, tidak cukup literasi. Namun prudensial (keuangan) juga harus kita tekankan, terutama di kalangan masyarakat,” tegas dia.
Drajad menambahkan, program inklusi yang telah ada saat ini, seperti edukasi keuangan, fasilitas keuangan publik, dan pemetaan informasi harus diprioritaskan kepada penggunaan fintech yang benar oleh masyarakat.
“Fintech ini seperti pedang bermata dua, kalau tidak pandai-pandai kita mengajarkan masyarakat dan masyarakat tidak kita sadarkan, itu akan menjadi sumber masalah,” tuturnya.
Oleh karena itu, Drajad menyampaikan, Prabowo-Gibran akan menyesuaikan peta jalan OJK dengan tingkat literasi dan inklusi yang ada sekarang.
Dia menambahkan fungsi intelijen di pasar modal perlu ditekankan dalam peta jalan OJK karana terkait dengan deteksi dini. "Di pemerintahan, fungsi intelijen ini tidak harus BIN (Badan Intelijen Negara), KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), intel Kapolri. Maksudnya, fungsi intelijen yang di internal otoritas-otoritas keuangan,” kata dia.
Sementara industri fintech peer to peer lending (p2p lending) punya kontribusi besar untuk mendorong target inklusi keuangan 95% pada 2024 ini. Sejak berdiri hingga September 2023, terdapat 843 juta jumlah transaksi penerima pinjaman senilai Rp 696,87 triliun. Selain itu, ada 121,95 juta akun rekening penerima pinjaman (borrowers) dan sekitar 1,1 juta akun rekening pemberi pinjaman (lenders).
- Hits: 174